PDM Kabupaten Tuban - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Tuban
.: Home > Berita > Pada Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Aku Belajar Merangkul Kaum Marjinal (Komunitas Punk)

Homepage

Pada Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Aku Belajar Merangkul Kaum Marjinal (Komunitas Punk)

Senin, 04-02-2018
Dibaca: 258

Foto Ketua PDM beserta LDK Wilayah Jatim, LDK Tuban dan Komunitas Punk Tuban
 
Saya harus memulai tulisan ini dengan kalimat. "Memanusiakan Manusia". Tampaknya tidak singkron dengan judul tulisannya?? Karena ini tulisan bebas. Ok. 
 
Sabtu, 03 Februari 2018 saya mendapatkan pesan singkat dari Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tuban, Ayahanda H. Nurul Yakin, SH. Keterangan waktu dalam pesan menunjukkan pukul 20.40 WIB. Isi pesannya, "Assalamu'alaikum w arohmatullahi wa barikatuh.  Mas Iwan, setelah Ahad pagi ada acara LDK dengan anak Punk di Masjid Darussalam. Tolong diliput. Suwun". 
 
Karena ilmu yang saya dapatkan dari guru-guru saya bahwa  seorang aktifis Muhammadiyah jika ada perintah, jawabannya hanya dua, yaitu "SIAP" atau "TIDAK". Pinjam bahasanya Jenderal Besar Panglima Sudirman "Sungguh Berat Jadi Kader Muhammadiyah, Ragu dan Bimbang, Lebih Baik Pulang. Saya memilih siap, saya tidak memilih pulang karena mau pulang ke mana? Rumah saya jauh di ujung Timur Indonesia (Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur). He... he.. he... 
 
Terlepas dari itu semua, saya merasa ini pekerjaan mulia apa lagi bagi orang yang hobi menulis, saya memandang acara ini sangat penting karena mengandung human interest (LDK bersama komunitas Punk)
 
Keesokan paginya, Ahad 04 Februari 2018, saya bersama Wafie Mumtaz Abdul Ghanie (putra pertama) menuju Masjid Darussalam yang terletak di Gardu Papak Tuban Kota tempat diadakannya kajian Islam setiap Ahad pagi
 
Sampai di tempat tujuan, ternyata masjidnya penuh, jama'ah pengajian mebludak akhirnya saya memilih  untuk duduk di emperan bersama jama'ah yang lain sambil mendengarkan ceramah salah satu ustadz dari Gresik. Karena saya duduknya di sebelah barat jadi arah pandangan tentu ke arah timur. 
 
Ditengah-tengah pengajian, tiba-tiba ada sebuah minibus masuk ke halaman masjid, dalam hati ini mobil kok masuk begitu saja padahal di halaman masjid sendiri ada jama'ah ibu-ibu yang sedang duduk mendengar kajian di atas bentangan terpal karena kondisi masjid yang tidak bisa menampung jama'ah yang membludak
 
Dalam hati saya, orang yang ada dalam mobil ini pasti orang penting, kalalu bukan orang penting, tidak mungkin asal masuk begitu saja, apa lagi ini pengajian, yang dibicarakan adalah ayat-ayat langit (Firman Allah).  Dan ternyata begitu pintu mobil dibuka, haaa????? Kening saya mengkerut, karena yang keluar dari mobil adalah sekelompok anak muda dengan pakaian sobek, badan tatoan, telinga dikasih anting-anting. 
 
Dalam gambaran saya saat dapat pesan dari Ayahanda Nurul Yakin, anak-anak Punk sudah berada di tengah-tengah para jama'ah dengan pakaian yang rapi.  Ini ketua PDM serius?? Melibatkan komunitas Punk dalam kajian berkelas seperti ini dengan pakian sobek-sobek, tatoan dan anting-anting seperti ini. 
 
Astaghfirullah, saya salah dalam menilai, ternyata selama ini saya terjebak dalam pemikiran kotak-mengkotak, memandang manusia berdasarkan strata sosial, padahal Islam memandang semua manusia itu sama. 
 
Sebagai orang yang beragama, memandang suatu kejadian pasti ada hikmahnya, karena saya tidak sedang belajar teori kaum materialis (evolusi) yang menipu umat dengan pendapatnya bahwa semua yang terjadi di jagad raya ini karena faktor kebetulan, menafikan kuasa Allah
 
Dalam hati saya, "Ayahanda Nurul Yakin sedang memberikan pelajaran pada saya bagaiman kelasnya Muhammadiyah berda'wah." 
 
Foto Komunitas Punk saat mengikuti pengajian. Lokasi Masjid Darussalam (Iwan Abdul Gani)
 
Sayapun mendekat dan mengambil beberapa gambar. Selepas kajian, para jama'ahpun meninggalkan masjid satu persatu. Sementara saya memilih untuk tidak beranjak karena ada tugas dari Ketua PDM yaitu meliput LDK bersama komunitas Punk Tuban.
 
Foto Komunitas Punk berbaur dengan Jama'ah Pengajian. Lokasi Masjid Darussalam (Iwan Abdul Gani)
 
Singkat cerita, acara pembinaanpun dimulai, tempat pelaksanaan di gedung TPQ Darussalam (4/2/2018).
 
Begitu saya masuk, ternyata di dalam teman-teman komunitas Punk sudah duduk rapi sambil menanti pembinaan dari pemateri yang didatangkan langsung dari Surabaya.
 
Seperti biasa, acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia raya, teman-teman komunitas Punk dengan indahnya melantunkan bait demi bait lagu itu sampai akhir,
Foto saat menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Sang Surya. Lokasi Gedung TPQ Darussalam (Iwan Abdul Gani)
 
Dan........ inilah yang membuat saya merinding, saat lagu Sang Surya (Mars Muhammadiyah) dinyanyikan, jari saya reflex menekan tombol perekam video, padahal tujuan saya mengambil foto untuk berita. Kamerapun saya arahkan hanya pada mereka. 
 
Ternyata teman-teman komunitas Punk menyanyiakannya dengan suara yang sangat indah tampa perlu dilatih oleh guru vokal provesional, tampa perlu diiringi oleh orkestra pimpinan komponis kelas Mozart ataupun Ludwig Van Beethoven, hanya perlu sentuhan sedikit berupa sound kecil dan perangkat lunak brupa leptop sebagai alat pemutar lagu, mereka sudah bisa menyanyikannya walaupun belum hafal liriknya. 
 
Di sinilah saya menemukan jawaban mengapa teman-teman komunitas Punk tidak diminta berpakaian rapi ketika mengikuti pembinaan.
 
Ternyata, untuk mengubah sesuatu butuh proses, jangan memaksakan kehendak, ambil hatinya dan mereka akan menyesuaikan diri dengan kita. Buktinya, mereka berusaha menyesuaikan diri dengan menyanyikan lagu Sang Surya, padahal mereka bukan kader IPM 
 
Foto Ayahanda Nurul Yakin Memberikan Sambutan. Lokasi Gedung TPQ Darussalam (Iwan Abdul Gani)
 
Ayahanda Nurul Yakin memulai sambutannya dengan mengatakan bahwa, Pimpinan Daerah Muhammadiyah kabupatem Tuban melalui rekan-rekan Lembaga Dakwah Khusus sudah lama menjalin komunikasi dengan rekan-rekan komunitas Punk Tuban, PDM melalui LDK sudah banyak berbuat untuk rekan-rekan Punk. 
 
Berarti pembinaan ini sudah lama terjadi, Saya yang kurang update dan kurang mengikuti perkembangan Muhammadiyah Tuban
 
Saya jadi teringat Ketua Umum PP Muhammadiyah DR. Haedar Nashir saat diminta pendapatnya tentang pernyataan Kapolri Tito Karnavian yang heboh itu... Pak Haidar mengatakan "Bagi kami orang mau mengakui Muhammadiyah atau tidak, kami tetap jalan terus. Membanggakan diri atau minta diistimewakan bukan karakter Muhammadiyah,"
 
Ternyata tidak hanya Muhammadiyah yang sudah berbuat seperti ini, gerakan perempuan yang ada di bawah Muhammadiyah yaitu 'Aisyiyah  juga sudah berbuat. Diantaranya memberikan bantuan hukum kepada komunitas Punk Tuban sejak tahun 2017. Luar biasa....
 
Ketua Pimpinan Daerah 'Aisyiyah Kabupaten Tuban (Ibunda Hj. Nefi Mudholifatin) dalam laman group whatsapp saat menanggapi pernyataan Ayahanda Nurul Yakin yang saya muatkan di website. www.tuban. aisyiyah.or.id tentang 'Aisyiyah Diharapkan Untuk Menularkan Ilmu Membatik Kepada Rekan-Rekan komunitas Punk Tuban.
 
"Alhamdulillah itu sudah menjadi pemikiran kami ibu-ibu  'Aisyiyah , tinggal klik saja, do'akan Pak Iwan bisa terlaksana." Ujar Ibunda Nefi. 
 
Kita buka lagi sejarah  tentang cara Rasul berda'wah di tengah-tengah masyarakat Jahiliah. Para Sahabat dulunya, didominasi begundal dan orang-orang yang terjebur dalam lembah hitam. Bahkan ada yang berniat membunuh Rasul. Tapi, Rasulullah membidik hati mereka dengan kemuliaan akhlaknya.
 
Mereka pun justru menjadi barisan kokoh yang setia mendampingi Rasul. Pada akhirnya menjadi satu Sahabat terbaik. Menjadi gerbong manusia terbaik dalam sejarah peradaban Islam. Betapa dahsyatnya akhlak. 
 
Bagaimana mungkin orang mau kembali ke jalan yang benar  jika yang dilakukan pada mereka hal-hal yang membuatnya trauma. Duhai, kisah serupa terserak di jalanan.
 
Seringkali kita amati bagaimana komunitas Punk ini dimarjinalkan, dianggap kotor, bau, sampah dan bahasa-bahasa lainnya.  Ada yang dihardik ada pula yang dicaci. Padahal mereka adalah insan ciptaan Allah seperti kita. 
 
Mari kita rangkul mereka, pegang pundaknya, raih tangannya, sentuh hatinya. Bimbing mereka, jangan buat mereka bimbang. 
 
Sapa mereka, jangan katakan siapa mereka? Karena mereka adalah kita (insan ciptaan Allah)
 
Terimakasih Muhammadiyah, rekan-rekan LDK dan para Bunda yang tergabung dalam organisasi 'Aisyiyah Tuban. Anda telah menunjukkan pelajaran yang berkelas buat saya, bagaimana caranya berdakwah menembus jantung komunitas Punk.
 
Semoga Allah meridhoi apa yang sudah dikerjakan. 
 
Untuk rekan-rekan komunitas Punk, jangan takut, jangan ragu. Akan ada tangan-tangan mulia yang dikirim Allah untuk meraih tanganmu agar menjadi manusia yang berkemajuan.
 
Jika kau butuh sosok ayah, datanglah kepada Muhammadiyah, jika kau butuh sosok ibu, datanglah kepada 'Aisyiyah.
 
 
Tuban 4 Februari 2018
Catatan Akhir Pekan (Iwan Abdul Gani)

Tags: Iwan Abdul Ghani-Muhammadiyah Tuban
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Dakwah Khusus



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website