PDM Kabupaten Tuban - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Tuban
.: Home > Berita > Cerita Di Balik 24 Kursi Kosong Saat Purna Siswa SMK Pelayaran Muhammadiyah Tuban

Homepage

Cerita Di Balik 24 Kursi Kosong Saat Purna Siswa SMK Pelayaran Muhammadiyah Tuban

Selasa, 29-04-2019
Dibaca: 240

 

SMK Pelayaran Muhammadiyah Tuban meluluskan 150 taruna-taruni pada tahun 2018/2019 ini. Tapi dalam acara Purna Siswa Angakatan XXI yang digelar di gedung Koperasi Simpan Pinjam Keluarga Pendidikan (KSPKP) Senin (29/4/19) ada 24 kursi kosong. Artinya ‘wisuda’ hanya diikuti oleh 126 peserta. Ke manakah mereka?

“Bapak-Ibu mungkin ada yang bertanya mengapa kursi yang berada di belakang itu kosong?” begitu Anang Dwi Cahyono, ketua panitia, memancing pertanyaan. 

Dia lalu menjelaskan bahwa 24 taruna itu sedang berada di Tanggerang, Banten, untuk mengikuti pembekalan materi bahasa dan budaya Jepang selama tiga bulan.

“Sejak awal April mereka berada di Tanggerang dan sudah diberi gaji sebesar Rp 1,5 ribu. Setelah itu mereka akan diberangkatkan ke Jepang untuk bekerja dan digaji Rp 10 juta per bulan,” ucap Anang.

Kepala Sekolah Suyanto menjelaskan, sekolah milik Muhammadiyah ini sejak tahun 1996 sampai sekarang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan Jepang dalam rekrutmen tenaga kerja. “Selama lima tahun ini SMK Pelayaran Muhammadiyah Tuban menjadi nomor satu karena paling banyak alumninya yang bekerja di bidang pengolahan perikanan dan penangkanapan ikan di Jepang,” tuturnya.

Di sisi lain, kata Suyanto, di mata pemerintah sekolah ini masuk dalam 215 SMK swasta seluruh Indonesia yang menjadi sekolah revitalisasi. “Ini sebagai jawaban mengapa sekolah kita selalu mendapat bantuan dari pemerintahan,” kata dia.

Suyanto meminta kepada orangtua yang hadir dalam acara tersebut agar menyampaikan perkembangan sekolah tersebut kepada kerabat dan tetangganya masing. “Agar mereka juga bisa merasakan manfaat menyekolahkan putra-putrinya di sini. Kami siap membina dan mengantarkan mereka menggapai cita-citanya,” harapnya.

Dia juga berpesan kepada para orangtua ketika anaknya diterima bekerja di luar negeri agar merelakannya. “Hal tersebut akan mempermudah anak dalam bekerja.”

Kepada para taruna-taruni yang diwisuda, Suyanto berpesan agar selalu menanamkan dalam dirinya akhlak yang baik. Dia juga memberi tenggat waktu enam bulan untuk segera bekerja bagi yang ingin bekerja. “Setelah lulus Anda harus bekerja, sekolah akan membantu mencari pekerjaan namun syaratnya punya kemauan dan ridha orangtua,” pesannya. (Iwan)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website